Prediksi UN Bahasa Indonesia SMK


Diskripsi adalah penjabaran suatu topik yang akan kita sampaikan agar orang lain bisa mengerti.
Eksposisi ialah salah satu bentuk wacana atau karangan yang bermaksud menjelaskan, mengembangkan, atau menerangkan suatu gagasan
Tujuan : Menambah pengetahuan pembaca tanpa berusaha untuk mengubah pendirian atau mempengaruhi sikap pembaca

Pola : Pola Proses, Pola Sebab Akibat, Pola Ilustrasi
Argumentasi adalah sebuah wacana yang berusaha meyakinkan atau membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau keyakinan
Tujuan : Mempengaruhi pembaca untuk membenarkan pernyataan, pendapat, dan sikap yang diajukan.
Narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu
Persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki ileh pembicara (bentuk lisan, misalnya pidato) atau oelh penulis (bentuk tulisan, cetakan,elektronik) pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang.
Catatan Kaki adalah keterangan mengenai hal yang di dalamnya terdapat karya tulis seseorang yang mencakup nama pengarang,judul, tahun tebit, dan tempat terbit yang ditempatkan di margin bawah atau kaki halaman karya tulis
Penulis Pertama dan Terakhir Nama, Judul Buku, (Tempat Terbit: Penerbit, Tahun Terbit), Nomor Halaman.
Daniel Januarta, berbahasa Indonesia dengan benar (jakarta:Puspa Swara, 1997), hlm.28
Daftar Pustaka atau Bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul ,buku-buku artikel-artikel dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang digunakan untuk memperjelas pembaca dari mana sumber penulisan tersebut.
Contoh :Hockett. Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The Mac Millan Company. 1963.
Finosa, L.omposisi. Bahasa Indonesia. Jakarta: Mawar Gempita, 2001.
metafora adalah majas yang melibatkan penggunaan berseni dari sebuah kata atau ekspresi yang pengganti bagi orang lain
Majas Elipsis
Majas ini berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.
Contoh Majas Elipsis :Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis ... . ( Majas Elipsis )
Majas Metonimia
Majas ini mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh Majas Metonimia :Pena lebih berbahaya dari pedang. ( Majas Metonimia )
Majas Persamaan atau simile
Majas ini mengandung perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit adalah langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Contoh Majas Persamaan atau simile :
a. Kikirnya seperti kepiting batu.
b. Mukanya merah laksana kepiting rebus. ( Majas Persamaan atau simile )

Majas Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Makna sebuah metafora dibatasi oleh sebuah konteks.
Contoh Majas Metafora :Perahu itu menggergaji ombak. ( Majas Metafora )
Majas Personifikasi
Majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolaholah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Contoh Majas Personifikasi :
a. Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
b. Kata-katanya tajam seperti mata pisau. ( Majas Personifikasi )
Majas Ironi atau sindiran
Majas ini ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
Contoh Majas Ironi atau sindiran :
a. Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!
b. Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan kita melintas. ( Majas Ironi atau sindiran )
Majas Sinisme
Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh Majas Sinisme :Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya! ( Majas Sinisme )
Majas Sarkasme
Majas ini lebih kasar dari ironi dan sinisme. Majas sarkasmemengandung kepahitan dan celaan yang getir.
Contoh Majas Sarkasme :
a. Mulut harimau kau!
b. Lihat sang Raksasa itu! (maksudnya si Cebol) ( Majas Sarkasme )
Majas Sinekdoke
Semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan
keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte).
Contoh Majas Sinekdoke :
a. Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,00 ( Majas Sinekdoke pars pro toto ).
b. Pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia berakhir dengan kemenangan Indonesia ( Majas Sinekdoke totem pro parte ).
Majas Hiperbola
Majas yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
Contoh Majas Hiperbola :
a. Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak kepalaku.
b. Sudilah tuan mampir di gubuk sederhana saya. ( Majas Hiperbola )
Majas Eufimisme
Majas yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan yang lebih halus.
Contoh Majas Eufimisme :
a. Untuk menjaga kesetabilan ekonomi, pemerintah menetapkan kebijakan penyesuaian harga BBM. (kenaikan harga).
b. Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan itu merumahkan sebagian karyawannya. (mem-PHK). ( Majas Eufimisme )
Majas Litotes
Majas yang menyatakan sesuatu lebih rendah dengan keadaan sebenarnya.
Contoh Majas Litotes : Apalah artinya saya ini, sedikit yang bisa saya sumbangkan bagi generasi bangsaku. ( Majas Litotes )
Majas Retoris
Majas ini berupa pertanyaan yang tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh Majas Retoris :Bukankah kita ini bangsa yang beragam adat, suku, dan budaya, mengapa hendak diseragamkan? ( Majas Retoris )
adalah jenis majas repitisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.

1. Alur Maju (progesi) Alur yang peristiwanya berjalan teratur dari awal sampai akhir cerita.
2. Alur Mundur (regresi) Ialah alur yang menceritakan masa lampau/telah terjadi pada masa lalu.
3. Alur Gabungan Alur yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur.
4. Alur Sorot Balik (flashback) Alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan pada akhir cerita dan setelah itu baru kembali ke awal cerita.
5. Alur Klimaks Alur yang susunan peristiwa menanjak dari peristiwa biasa meningkat mejadi penting, yakni menjadi lebih menegangkan.
6. Alur Antiklimaks Alur yang susunan peristiwanya makin menurun dari peristiwa yang menegangkan kemudian menjadi kendor dan berakhir dengan peristiwa biasa.
7. Alur Kronologis Alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu.
Tahapan cerita atau alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Atau plot/alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat (kausilitas). Berdasarkan hubungan tersebut setiap mempunyai pola alur sebagai berikut :
  • pengenalan stuasi cerita
  • pertikaian/konflik mulai terjadi
  • konflik berkembang menjadi rumit
  • puncak konflk (klimaks)
  • penyelesaisan (ending)
Kalimat Sumbang : kalimat yang tidak padu dalam sebuah paragraf
Kalimat Efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis secara singkat dan jelas.
Induktif adalah hal khusus menuju hal umum. Paragraph induktif adalah paragraph yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus diatas. Penalaran induktif juga dapat diartikan sebagai proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
1. Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Generalisasi juga dapat diartikan sebagai proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum. Macam-macam generalisasi:
a. Generalisasi tanpa loncatan induktif, yaitu fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan. Contoh: Semua anak TK Aisyah menyukai kartun spongebob.
b. Generalisasi dengan loncatan induktif, yaitu fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Contoh: hampir semua anak-anak pak Yudi menyukai seni.
2. Analogi adalah proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku juga untuk hal lain. Analogi dapat dikatakan sebagai penalaran dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, kita dapat menarik kesimpulan. Tujuan dari analogi, antaralain:
• Untuk meramalkan kesamaan.
• Untuk menyingkapkan kekeliruan.
• Untuk menyusun sebuah klasifikasi.
Contoh:
Untuk menjadi seorang pemain bola, mereka harus memiliki latihan fisik yang keras dan melatih kelincahan mereka. Demikian dengan para polisi, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya membutuhkan mental yang tangguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh mereka di lapangan. Oleh karena itu, menjadi seorang pemain bola dan seorang polisi harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
3. Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Tujuan kausal dapat dilihat dalam hubungan kausal dalam tiga pola, yaitu:
a. Sebab ke akibat, dari peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek.
b. Akibat ke sebab: dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat menuju sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat.
c. Akibat ke akibat: dari akibat ke akibat yang lain tanpa menyebut sebab umum yang menimbulkan kedua akibat.
Contoh:
Pada Minggu sore, hujan sangat lebat akibatnya jalanan di sekitar rumahku tergenang air.
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Paragraf deduktif
Paragraf dengan kalimat utama di awal, kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.
Paragraf induktif:
Kalimat utama terletak di akhir paragraf setelah kalimat-kalimat penjelas.
Contoh :
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional
Paragraf Deduktif-Induktif
Kalimat Utamanya terdapat pada awal paragraph, dan ai akhir
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukan tips belajar menjelang UAN.
Kerangka Proposal adalah :
  1. Latar Belakang
  2. Tujuan
  3. Ruang Lingkup
  4. Metode
  5. Sistematika
Penyoratif adalah pergeseran makna yang berkesan kurang sopan atau kurang hormat.
Kata Baku adalah kata yang penulisannya disesuaikan dengan EYD.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Poin-poin penting dalam paragraf/karangan eksposisi
Contoh topik:
  • Data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan dapat bersifat historis tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dan sebagainya
  • Suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta
  • Fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian
Contoh urutan analisis:
  • Urutan kronologis/proses, biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasan tentang bekerjanya sesuatu atau terjadinya suatu peristiwa
  • Urutan fungsional
  • Urutan atau analisis sebab akibat
Analisis perbandingan